Jumat, 16 Desember 2011

ekonomi indonesia




Ekonomi Indonesia 2012 Hadapi Banyak Hambatan





Jakarta ( Berita ) : Pengamat ekonomi, Ifan Kurniawan, menilai ekonomi Indonesia yang terus tumbuh dari tahun ke tahun ke depan akan mengalami hambatan karena krisis utang di Eropa dan Amerika Serikat yang masih tak menentu.

Selain itu pemerintah Indonesia juga mengalami tekanan berat dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang kianmeningkat akibat terus naiknya harga minyak mentah dunia yang saat ini mencapai 110 dolar AS, kata analis PT First Asia Capital itu di Jakarta.

Menurut Ifan, kenaikan harga minyak mentah dunia terjadi karena adanya ancaman dari Iran yang akan menutup Selat Hormuz, apabila negara-negara Barat masih mempersoalkan masalah nuklirnya.

Ancaman Iran itu mengakibatkan harga minyak mentah dunia terus menguat hingga mencapai 110 dolar AS per barel, ujarnya.

Ancaman Iran itu, lanjut dia, apabila dilakukan akan membuat harga minyak mentah dunia akan dapat mencapai 130 dolar AS per barel dan akan menekan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan akan dapat mencapai 6,5 persen, ucapnya.

Ia juga mengatakan, persediaan pangan dan kebutuhah pokok lainnya makin berkurang dan kemungkinan harganya melonjak karena cuaca alam yang tak menentu.

Gangguan alam mengakibatkan panen beras maupun gandum berkurang, sehingga harganya bergerak yang juga akan mengimbas harga kebutuhan pokok lainnya.

Banjir di Thailand mengakibatkan panen beras di Negara Gajah menipis sehingga pasokannya ke negara konsumen berkurang, tuturnya.

Kondisi ini, menurut dia, akan mendorong laju inflasi di dalam negeri yang ditargetkan empat plus minus satu (4 plus +-1) sulit diwujudkan, bahkan cenderung akan mengalami kenaikan.

Jadi rencana Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan dan Giro Wajib Minimum (GWM) pada 2012 kemungkinan akan mengalami kesulitan, katanya.

Ifan Kurniawan mengatakan, 2012 merupakan tahun yang lebih sulit dibanding 2011 karena pasarnya kurang menguntungkan.

Meski Indonesia diperkirakan pada kuartal pertama 2012 akan mendapat perbaikan investment grade yang mendorong pelaku asing kembali memasuki pasar domestik, namun mereka juga kemungkinan akan hati-hati menempatkan dananya, ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar