Jumat, 16 Desember 2011

ekonomi biaya tinggi perbankan

Masih Ada Ekonomi Biaya Tinggi Di Perbankan



MEDAN (Berita): Plt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho menegaskan sampai saat ini ternyata masih ada ekonomi biaya tinggi di perbankan sehingga masyarakat terkesan masih kesulitan mendapatkan dana dan sisi lain di masyarakat masih ada pula administrasi yang berbelit-belit.
Hal itu dikemukakan Gatot pada “Pertemuan Tahunan Perbankan Sumatera Utara” di lantai 9 Gedung Bank Indonesia (BI) Medan Jalan Balai Kota Medan Selasa (13/12) siang tadi.
Pertemuan tahunan itu dihadiri juga oleh Pemimpin Bank Indonesia Regional Sumut-Aceh Nasser Atorf selaku penyelenggara, Ketua DPRD Sumut Saleh Bangun, Asisten II Ekbang Provsu Dzaili Azwar, Direktur Utama PT Bank Sumut H Gus Irawan, para pemimpin bank, Konjen Malaysia, Wakil Konsul AS, pejabat pemerintah dan stake holder lainnya di daerah ini.

Gatot menyebutkan pemberian kredit modal kerja (KMK) juga tinggi sehingga londisi seperti ini memang dapat menjadi stimulus untuk masa datang. Ditambah lagi dana pihak ketiga (DPK), aset dan kredit yang naik. “Inilah gambaran-gambaran yang memberikan optimisme kepada saya terhadap perbankan dan pertumbuhan ekonomi tahun depan,” jelasnya.
Ia menyebut dalam tata kelola bank, harus ada sinergi antara pebankan dengan dunia usaha dan pemerintah sebagai tiga pilar tumbuh kembangnya perekonomian. “Pertemuan ini sebagai momentum menumbuhkan kondisi ekonomi yang kolektif sekaligus apresiasi kepada perbankan untuk melakukan terobosan,” katanya.
Ia memaparkan kondisi perbankan secara nasional yang diungkapkan Gubernur BI Darmin Nasution berhasil tumbuh positip. Kondisi ekonomi yang tidak stabil baik di Amerika Serikat maupun Eropa ternyata ekonomi Indonesia justru tumbuh 6 persen lebih. “Ini tentu peluang yang baik bagi kita,” katanya.


Pemimpin BI Regional Sumut-Aceh Nasser Atorf menyebutkan pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2011 diperkirakan tumbuh 6,70 persen plus minus 1 persen, lebih tinggi dibanding tahun 2010 sebesar 6,30 persen. Sedangkan tahun 2012 target pertumbuhan ekonomi 7 persen plus minus 1 persen.
Total aset perbankan Sumut sampai Oktober 2011 tercatat Rp155,25 triliun atau tumbuh 16,12 persen dibanding tahun 2010 sebesar Rp133,70 triliuh. DPK mencapai Rp121,32 triliun atau tumbuh 11,23 persen. Sedangkan kredit yang disalurkan hingga Nopember 2011 tercatat Rp101,85 triliun, tumbuh 15,02 persen dibanding tahun 2010.
“Pertumbuhan kredit ini juga mendorong peningkatan rasio loan to deposit ratio dari 81,19 persen Desember 2010 menjadi 83,95 persen pada Nopember 2011,’ kata Nasser. Namun menurutnya, pencapaian tahun 2011 ini tidak membuat kita terlena mengingat tantangan yang dihadapi tahun 2012 tidaklah ringan. Sebab dengan target pertumuhan ekonomi 7 persen plus minus 1 persen maka perlu kerja keras dari kita semua.


Sementara itu, target inflasi Sumut tahun 2012 sebesar 5,00 persen plus minus 1 pesen juga menuntut kerjasama dan kerja keras untuk dapat mengendalikan inflasi. Sebab meski kondisi perbankan di Sumut tahun 2011 terlihat membaik, namun menurut Nasser kontribusi perbankan Sumtu masih sekira 49 persen. Artinya banyak dana-dana perbankan yang belum disalurkan secara optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar