Minggu, 25 Maret 2012

penurunan ekonomi


PENURUNAN EKONOMI

Penurunan target pertumbuhan ekonomi China pada 2012 menjadi 7,5 persen diperkirakan dapat memicu turunnya harga komoditas global yang juga dapat berpengaruh ke Indonesia.

"Pelambatan ekonomi China bukanlah hal yang baru karena mereka perlu melakukan
 rebalancing atas tingginya pertumbuhan ekonomi tahun-tahun sebelumnya, kekhawatiran terbesar terkait harga komoditas global karena pertumbuhan ekonomi China selama ini menyerap komoditas global," kata ekonom senior ASEAN research UBS Edward Teather di Jakarta.

Sebelumnya pemerintah China mengungkapkan penurunan target pertumbuhan ekonomi China 2012 menjadi 7,5 persen, berkurang 0,5 persen dari posisi 8 persen sebagai target pertumbuhan ekonomi pada 2005-2011, meski rata-rata pertumbuhan ekonomi China sesungguhnya pada periode tersebut adalah 10,9 persen.

"Bila pertumbuhan ekonomi China menurun maka penyerapan beberapa jenis komoditas juga akan berkurang artinya harga komoditas akan turun di masa depan, dan bila harga komoditas turun maka itu adalah berita buruk bagi produsen," tambah Edward.

Tapi menurut Edward, Indonesia masih memiliki kesempatan dalam menghadapi kondisi tersebut karena Indonesia adalah produsen barang bernilai rendah sehingga meski harga komoditas turun tapi barang produksi Indonesia tetap dapat terjual investor tetap ingin berbisnis di Indonesia di sektor komoditas.

"Yang perlu dicari tahu adalah penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi China, apakah karena berkurangnya produksi industri manufaktur atau karena kurangnya permintaan dalam negeri China, bila hal pertama menjadi penyebab maka suplai barang China akan berkurang," ungkap Edward.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke China pada 2011 mencapai 22,94 miliar dolar AS sedangkan impor Indonesia dari China mencapai 26,21 miliar dolar AS yang artinya Indonesia mengalami defisit perdagangan senilai 3,27 miliar dolar AS.

Kepala Equities and Research UBS Indonesia, Joshua Tanja menambahkan bahwa yang terkena dampak akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi China adalah produk batu bara dan Crude Palm Oil (CPO) yang menjadi produk ekspor utama Indonesia ke China.

"Dampak langsung bisa untuk produk batu bara dan CPO yang diekspor ke China, namun masih ada India dan negara lain sebagai negara tujuan ekspor, apalagi konsumsi minyak goreng domestik masih besar sehingga tidak akan berdampak terlalu negatif bagi kita," kata Joshua.

Namun Kepala Investment Banking dan UBS Indonesia Rajiv Louis mengingatkan bahwa pelambatan ekonomi China dapat memberikan sentimen negatif bagi pasar modal Indonesia.

"Dampak pelambatan ekonomi China bagi pasar saham Indonesia cenderung negatif dibandingkan positif, khususnya terkait perkiraan inflasi," ungkap Rajiv

Menurut Rajiv, investor pada 2 tahun terakhir melihat bahwa inflasi India dan China meningkat, jadi mereka tidak yakin kondisi Indonesia berbeda dengan dua negara tersebut, sehingga bila ada sentimen negatif dari China atau negara lain maka investor pun semakin tidak percaya perhitungan ekonomi dari Indonesia

"Namun kembali bagaimana perusahaan merespon terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi China," tambah Rajiv.



Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2012

1 komentar:

  1. sangat bermanfaat..
    kunjungan balik ya sist :)
    Perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Ekonomi di UII Yogyakarta
    :)
    twitter : @profiluii

    BalasHapus